Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2011/04/membuat-read-more-otomatis-auto.html#ixzz1yUtQifeE el chant: "JODOH HANYA DI TANGAN ALLAH"

Jumat, 06 April 2012

"JODOH HANYA DI TANGAN ALLAH"

Malam ini terasa lebih sepi dari malam-malam sebelumnya. Tidak seperti biasanya aku merasa bosan berada di kamarku sendiri.Bapak dan ibu sedang pergi ke rumah tetangga menghadiri acara halal bi halal--tinggalah aku seorang diri.
Sepinya rumahku sering mengingatkanku akan perkataan bapak ibu tentang pernikahan.
Satu temanku sudah menikah lagi minggu depan--yang menambah kegusaran orang tuaku yang mendesakku untuk segera menikah.
Aku tahu, mereka pantas mendesakku seperti itu--karena 25 tahun adalah umur yang sepantasnya bagi seorang wanita untuk membina rumah tangga.
Ibu selalu bilang bahwa wanita tidak pantas menikah terlalu tua, memalukan. Seperti tadi pagi saat aku buru-buru berangkat bekerja.
" owalahh ndok..ndok...berangkat buru-buru lagi...?" sambil menyiapkan sarapanku yang entah aku makan atau tidak. Tapi biasanya aku selalu menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu walau sudah terlambat masuk kerja. Tapi hari ini aku ingin cepat-cepat sampai sekolah mengajar anak-anak.
" inggih buk..." sambil membenahi kerudungku yang sedari tadi tidak mau diajak kompromi.
" itulah gunanya kalau kamu sudah punya suami, ada yang mengantarkanmu pulang pergi kesekolahan--jadi ibu tidak khawatir, dibandingkan kamu naik sepeda sendirian". Sambil terus menatap kesibukanku.

" iya ibu, mohon pengertiannya. Itu sudah beberapa kali kita bicarakan satu bulan terakhir ini".
Aku sering tidak tahan melihat wajah ibuku yang selalu memelas saat membicarakan tentang pernikahan denganku. Aku tahu, aku adalah anak semata wayangnya yang dia harapkan dapat membahagiakannya dengan adanya seorang menantu.
" Ndok, perempuan itu tidak baik menikah dengan umur yang terlalu tua.Apakah kamu tidak malu dengan teman-temanmu yang sudah menikah..?, bahkan temanmu si Udin sudah akan menikah minggu depan nanti--padahal dia laki-laki".
" Ibu, aku mohon.... " sambil menyalami tangan ibu untuk berpamitan.
" Ibu tahu kan, bahwa jodoh itu ditangan Allah". lanjutku
Aku tidak sempat lagi sarapan pagi itu, aku sudah sangat terlambat. Apalagi aku menambah luka batin ibu tentang ketidakpedulianku membahas masalah itu.

Aku tidur dengan perasaan gelisah, padahal besok aku ada janji dengan temanku untuk menghadiri acara seminar pagi-pagi sekali.
Aku bangun dalam keadaan kacau, karana semalam suntuk aku tidak bisa memejamkan mata. Tidak apa-apa yang penting aku tidak kesiangan. Setelah sepagian sibuk dengan aktivitas pagi, akhirnya aku siap berangkat  menghadiri seminar bersama temanku, Lila-- karna dia bersedia manjemputku, jadi aku hanya menunggu di rumah saja.
Tak lama kemudian orang yang sudah ditinggu-tunggu sudah datang.
"Selamat pagi Ibu Dinda....".  Lagaknya menyapa diriku setelah sampai di depan rumahku.
"Selamat pagi juga Lila, langsung berangkat apa ngeteh-ngeteh dulu nih...?". Candaku menimpalinya.
"Udah...langsung berangkat saja, biar nyante jalannya". jawabnya.
Aku tersenyum tanda setuju dengan dirimya.

Walaupun kami berangkat satu jam lebih awal dari jadwal, tetapi tetap saja kami terlambat. Tidak lain karena Lila mengendarai sepadanya terlalu hati-hati alias lambat sekali. Tapi itu tidak menjadi masalah, karena keterlambatan waktu -- di Indonesia pada umumnya -- tidak selalu menjadi keterlambatan acara itu sendiri.
"Assalamu'alaikum Ustadhah Siska, apakah Pembicaranya sudah datang...?"
"Belum Ukhti, beliau baru saja menghubungi saya, bahwa ada suatu kepentingan sangat mendadak yang mengharuskan beliau datang terlambat, jadi seminar ini akan dimulai tidak sesuai dengan jadwal sebelumnya. Maaf dengan ketidakpastian ini Ukhti.." kata Ustadhah Siska panjang lebar.

Saya diundang sebagai MC dalam acara seminar ini, bersama Lila teman saya dan rekan kami Gufron. Kami sudah menyiapkan segalanya demi keberhasilan seminar kali ini. Tetapi karena keterlamabatan Pembicara, banyak jadwal yang diubah. Dan kami jadi kalang kabut. Untungnya kami cepat tanggap dalam masalah ini.

Seminar berlangsung sangat lancar, walaupun Pembicara yang kami undang sebelumnya tidak bisa hadir, tetapi beliau menyarankan pengganti yang sangat sesuai dengan seminar yang kami galakkan.

Satu minggu setelah seminar tersebut, Ustadhah Siska mengundangku dalam acara seminar berikutnya, bukan sebagai MC, tetapi hanya sebagai tamu undangan biasa. Padahal tidak seperti biasanya Ustadhah mengundangku dalam acara seminar, kalau tidak menjadikanku sebagai MC. Tema seminar kali itu adalah tentang 'jodoh'. Aku kaget mendengarnya dikala baru sampai tempat tujuan, karena itu adalah masalah yang akhir-akhir ini sedang menderaku. Aku berfikir apakah Ustadhah mengetahui masalah yang sedang aku hadapi kali ini. Hanya itulah sebatas pemikiranku kala mendengar tema seminar itu.

"Ukhti Dinda, tunggu sebentar ya...jangan langsung pulang dulu...?". Pinta Ustadhah Siska.
aku hanya mematung menunggu Ustadhah di ruang tunggu tanpa tahu harus berbuat apa. Tak lama kemudian Ustadhah datang bersama dengan seorang laki-laki bertubuh sedang datang menghampiriku. Saat sudah terlampau dekat, aku dapat mengenali laki-laki tersebut sebagai Ustadz Saiful, yang satu minggu yang lalu menjadi Pembicara sebuah seminar -- yang di dalamnya -- aku sebagai MCnya.

"Ukhti Dinda, maaf manunggu lama. Kenalkan ini adalah Ustadz Saiful, nama lengkapnya Saiful Hidayatullah. Beliau hanya ingin bersilaturahmi saja". Jelas Ustadhah panjang. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum saja.
"Mari, kita lanjutkan acara berbincang ini di kantin saja. Mumpung ini sudah waktunya jam makan siang". Ajak Ustadhah kepada kami.

Saat makan siang di kantin Gedung Seminar, suasana hatiku terasa hening walaupun percakapan mengalir lancar. Setelah beberapa saat Ustadz Saeful berpamitan, sehingga tinggallah aku bersama Ustadhah Siska sendiri. Baru kemudian beliau berucap tentang maksudnya mengajakku makan siang di kantin bersama Ustadz Saeful.

"Maaf sebelumnya Ukhti, kalau saya tidak memeberitahukan perihal ini sebelumnya. Soalnya saya terlalu bersemangat untuk memperkenalkan Ukhti dengan Ustadz Saeful. Beliau sebelumnya juga sudah menanyakannya, tetapi saya baru terpikirkan saat seminar ini". Jelas Ustadhah
"Iya, tidak apa-apa Ustadhah. Tapi bagaimana Ustadhah bisa tahu ?". Tanyaku.
"Temanmu Lila, pernah bercerita bahwa dirimu sudah ingin menikah atas desakan orang tuamu. Walaupun dirimu belum begitu menginginkannya, tetapi dari raut wajahmu dirimu sudah siap mellakukan hal itu tanpa harus didesak, asalkan jodohmu sudah ada". Terang Ustadhah mengiba padaku.
"Terima kasih Ustadhah, atas pengertiannya, saya sangat bersyukur sekali sudah mengenal anda. Memang begitu adanya". Terangku langsung memberikan jawaban pasti dengan sangat malu-malu.
"Kalau begitu, mari kita lakukan ta'aruf. Tapi apakah orang tuamu setuju dengan pilihan seperti ini?"
Dengan mimik senang bercampur khawatir Ustadhah menanyakannya.
"Insaallah Uatadhah, mereka menyerahkannya kepada saya sepenuhnya, asalkan baik di mata agama". Jelasku percaya diri.
"Alhamdulillah, kalau begitu adanya. Saya akan langsung menghubungi Ustadz Saeful secepatnya". Kata Ustadhah bersemangat.

Satu bulan kemudian, setelah ta'aruf Ustadz Saeful dengan keluarga besarku. Dan segala tetek bengek perkenalan dan pendekatan keluarga Ustad dengan keluargaku, akhirnya aku dan Ustadh Saeful resmi menikah pada akhirnya. Orang tuaku sangat bahagia sekali melihatku dalam balutan baju pengantin yang anggun, khususnya ibuku, dia tidak hentinya menangis karena bahagia. Dan aku adalah orang yang paling bahagia di dunia karena sudah menemukan jodoh yang pas, dan yang pasti dekat dengan agama Ilahi. Terima kasih ya Allah. Memang jodoh hanya di tangan-Mu.

#@el_chant#



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...